Jumat, 21 Agustus 2009

DARAH

DARAH

a. Definisi

Darah merupakan cairan tubuh yang terdapat di dalam jantung dan pembuluh darah. Beberapa cairan tubuh yang lain adalah:

- Cairan jaringan, merupakan cairan tubuh yang terdapat di ruang antarsel.

- Cairan limf, merupakan cairan tubuh yang terdapat di dalam pebuluh limf dan organ limfatikus.

- Sinofial, merupakan cairan tubuh yang terdapat di ruang-ruang antar persendian.

- Aqueous humor, merupakan cairan tubuh yang terdapat di dalam bola mata.

- Endolimf, merupakan cairan tubuh yang terdapatdi telinga bagian dalam yang mengisi membran labirin.

- Perilimf, merupakan cairan tubuh yang juga terdapat ditelinga bagian dalam yaitu di dalam tulang labirin.

b. Fungsi Darah

Darah mempunyai peranan sebagai berikut:

1. Merupakan alat pengangkut bermacam-macam substansi, baik berupa gas yang terkait dengan respirasi (CO2, O2), nutrisi (glukosa, asam amino, gliserol), substansi yang terkait dengan sistem ekskresi (urea, asam urat, kreatinin), maupun yang berkaitan dengan hormonal.

2. Mengatur keseimbangan cairan antara darah dengan cairan jaringan.

3. Mengatur keseimbangan pH darah

4. Mencegah pendarahan (mekanisme penutupan luka)

5. Merupakan alat pertahanan tubuh (antibodi oleh leukosit)

6. Mengatur suhu tubuh

c. Karakteristik Umum Darah

Darah yang terdapat di dalam arteri warnanya merah muda, sedangkan darah yang terdapat di dalam vena warnanya merah tua. Berat jenis darah bervariasi dari 1.054-1.060, sedangkan berat jenis plasma darah sekitar 1.024-1.028. viskositas darah adalah 3–5x viskositas air. Jumlah darah yang terdapat di dalam tubuh hewan bervariasi tergantung jenisnya, pada manusia jumlah darah sekitar 5-8 % dari berat badanya.


d. Komposisi Darah

Darah terdiri atas dua bagaian, yatu sel-sel darah (butir-butir darah) dan cairan darah (plasma darah). Se-l-sel darah merupakan bagian darah yang mempunyai bentuk, yaitu: sel darah mersh (eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan keeping darah (trombosit).

Plasma darah merupakan bagian yang cair dari darah yang pada umumnya terdiri dari air 91-92 %, protein 8-9 %, dan garam-garam anorganik 0,9 % (Cl, CO3, HCO3, SO4, PO4, I, Na+, K+, Ca+, Mg+, Fe2+,Fe3+). Protein yang terdapat dalam plasma darah adalah albumin, globulin, dan fibrinogen. Selain itu terdapat pula substansi lain seperti hormone, lipida, enzim, asam amino, urea, dll.

e. Protein Plasma

Protein yang terdapat di dalam plasma darah meliputi albumin, globulin (α-1 globulin, α-2 globulin, β globulin, γ globulin), dan fibrinogen. Fraksinasi protein menjadi bagian-bagiannya dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu, pengendapan garam dan elektroforesis. Pemisahan dengan cara pengendapan garam dilakukan dengan menambahkan garam-garam tertentu (NaCl, MgSO4,Na2SO4) kedalam larutan yang mengandung protein.

Elektroforesis adalah pergerakan dari partikel yang bermuatan di dalam larutan elektrolit dengan menggunakan 2 buah elektroda.

Sumber protein plasma

Hati merupakan pabrik yang memproduksi albumin, α-1 globulin, β globulin, protrombin, dan fibrinogen. Sedangkan γ globulin diproduksi oleh sel plasma, jaringan limfoid, dan nodus limfatikus. Di dalam hati terdapat sel khusu yang memproduksi albumin yaitu sel kupffer. Bila fungsi hati terganggu, maka kadar albumin akan menurun.

Variasi dalam jumlah protein plasma

Jumlah masing-masing protein plasma dapat berubah dengan tidak tergantung satu dengan yang lain. Misalnya pada penyakit tertentu, jumlah albumin akan menurun, sedangkan jumlah globulin akan meningkat. Jumlah fibrinogen akan meningkat pada keadaan seperti luka pada jaringan, terlalu banyak hormone parathormon, dan infeksi yang akut. Jumlah albumin akan menurun pada keadaan seperti hepatitis yang kronis, infeksi pada ginjal, malnutrisi, gangguan pada pencernaan protein dan gangguan pada proses penyerapan di usus. Jumlah globulin akan meningkat pada keadaan seperti hepatitis yang akut, nefritis yang akut, leukemia, tuberculosis, dan infeksibaik yang akut maupun kronis.


Fungsi protein plasma

Fibrinogen merupakan salah satu macam protein plasma yang penting dalam prose pembekuan darah, karena darah tidak akan membeku bila fibrinogen tidak ada. Albumin, globulin, dan fibrinogen adalah penting untuk mempertahankan tekanan osmosa darah. Tekanan osmosa yang ditimbulkan oleh ketiga macam protein plasma berkisar antara 25-30 mmHg. Adanya tekanan osmosa yang relatif tinggi ini menyebabkan adanya perpindahan cairan dari cairan jaringan ke darah, sehingga dapat mencegah adanya penimbunan cairan yang berlebihan diruang antar sel.

Protein plasma menyebabkan darah menjadi agak kental sehingga dapat mempertahankan tekanan darah yang penting untuk mengefisienkan kerja jantung. Protein plasma turut membantu mengatur pH darah. Globulin merupakan benda penolak yang dapat melawan antigen yang masuk kedalam tubuh. Protein plasma merupakan cadangan protein yang dapat digunakan seandainya protein dalam makanan berkurang. Selain itu, protein plasma terlibat dalam menstabilkan darah, globulin dan fibrinogen mempengaruhi sel darah merah untuk melekat satu sama lain membentuk rouleaux.

f. Sel Darah Merah

Bentuk dan ukuran sel darah merah tergantung dari jenis hewan. Pada mamaila sel darah merahnya tidak berinti, bentuknya bulat (kecuali pada camellidae bentuknya lonjong) dan bikonkaf. Sel darah merah pada kebanyakan vertebrata lain mempunyai bentuk lonjong, berinti, dan bikonfeks. Sel darah merah yang ukurannya paling bersar terdapat pada hewan amphibi. Pada manusia eritrositnnya berdiameter rata-rata 7,5 mikron, tebal 1 mikron dibagian tengah dan 2 mikron dibagian tepi dengan luas permukaan sekitar 120 mikron.

Menurut strukturnya, eritrosit terdiri atas membrane sel yang merupakan dinding sel, substansi seperti spon yang disebut stroma dan hemoglobin yang menempati ruang-ruang kosong di stroma. Dinding sel eritrosit terdiri atas 2 macam substansi yaitu protein (stromatin) dan lipida (kolestrol, sefalin, dan lesitin).


Hematokrit

Istilah ini menunjukan persen sel darah merah dari sejumlah darah. Nilai normal hematokrit tergantung dari jenis kelamin. Pada pria nilai hematokritnya adalah 47-7, sedangkan pada wanita adalah 42-5. Hematokrit dapat ditentukan dengan cara memasukan darah ke dalam tabung Wintrobe yang mempunyai skala. Pada manusia (pria) jumlah sel darah merah adalah 5 juta/mm3, sedangkan pada wanita 4,5 juta/mm3.

Di laboratorium, sel darah merah dihitung dengan mengguakan alat yang disebut hemasitometer, dengan rumus perhitungan sebagai berikut:

Je = X x 10 x Y

Dimana: Je = jumlah sel darah merah/ mm3

X = Jumlah sel darah merah dalam segi empat ABCD (luas ABCD adalah 1 mm2.

Y = pengenceran

Kecepatan pengendapan eritrosit

Darah sebetulnya merupakan suspense sel-sel darah merah dalam larutan plasma. Di dalam tubuh sel-sel darah merah akan merata diseluruh plasma sebagai akibat adanya pergerakan darah.

Dalam keadaan normal kecepatan pengendaan eritrosit jarang sekali melebihi 10 mm/jam, tetapi nilai ini dapat meningkat pada keadaan infeksi terutama yang disertai oleh adanya inflamasi dan kerusakan jaringan. Di laboratorium, kecepatan pengendapan eritrosit dapat ditentukan dengan mengukur tinggi cairan plasma yang kelihatan jernih yang berada di atas sel darah merah yang mengendap pada akhir 1 jam. Untuk mentukan kecepatan pengendapan ini pada umumnya digunakan metoda Westergren atau metoda Wintrobe.

Kecepatan pengendapan eritrosit yang menurun jarang sekali terjadi. Bila terjadi, pada umumnya terdapat pada alergi dan anemia sel sikel. Perubahan fisis yang terjadi di dalam darah merupakan faktor yang dapat mempengaruhi kecepatan pengendapan eritrosit. Faktor tersebut adalah: berat jenis plasma, viskositas plasma, ukuran eritrosit, dan kecenderungan pembentukan rouleaux. Faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi kecepatan pengendapan eritrosit adalah:

- Bentuk eritrosit.

- Suhu

- Rasio antara lesitin dan kolesterol dalam plasma.

- Jumlah sel darah merah.

Produksi sel darah merah

Dari semenjak lahir sampai tua sel darah merah terutama dibuat terutama di sumsum tulang. Jumlah sumsum tulang pada tubuh manusia berkisar antara 1,5 – 3,5 kg, terdiri atas 2 macam yaitu sumsum tulang kuning dan sumsum tulang merah. Sumsum tulang kuning mengandung beberapa substansi diantaranya adalah sel lemak, pembuluh darah, anyaman serabut jaringan ikat dan sel retikulum. Sedangkan sumsum tulang merah selain mengandung semua macam sel-sel darah, juga mengandung eritroid yang merupakan prazat sel-sel darah. Selain memproduksi sel darah merah, sumsum tulang merah juga m,erupakan pabrik yang memproduksi granulosit, monosit, limfosit, dan trombosit.

Sumsum tulang merah juga merupakan tempat dimana sel darah merah dihancurkan oleh makrofag. Hanya beberapa macam tulang saja yang mampu memproduksi sel darah merah sampai orang mencapai usia lanjut. Sumsum tulang dari tulang yang panjang seperti tibia dan femur akan banyak mengandung lemak dan tidak memproduksi sel darah merah lagi setelah orang mencapai usia 20 tahun. Namun pada usia di atas 20 tahun yang tetap berperan memproduksi sel darah merah adalah tulang rusuk, sternum, dan tulang belakang.

Proses pembentukan sel darah merah

Proses pembentukan sel darah merah disebut eritropoiesis. Sel darah merah berasal dari sel primordium (sel induk) yang dikenal dengan nama proeritroblast atau hemositoblast. Hemositoblast dibentuk secara terus menerus dari sel reticulum yang terdapat di sumsum tulang. Dari hemitoblast terbentuklah basofil eritroblast yang ditandai dengan mulainya pembentukan hemoglobin. Kemudian terbentuklah eritroblast polikromatotil. Dinamakan demikian karena ada campuran substansi basofilik dengan hemoglobin. Kemudian nucleus mengecil, tetapi pembentukan hemoglobin masuh terus berlanjut dan terbentuklah normoblast. Setelah sitoplasma dari normoblast terisi oleh hemoglobin sampai mencapai 34%, nucleus dari normoblast lenyap dengan jalan otolisis atau absorbs. Akhirnya terbentuklah retikulosit dan eritrosit. Retikulosit merupakan eritrosit yang masih muda.

Adapun tahapan eritropoiesis menurut Inggris dan Amerika adalah seperti pada tabel berikut:

Tahap

Terminology Inggris

Terminology Amerika

I

Proeritroblast

Megaloblast

II

Normoblast muda (normoblast awal)

Eritroblast muda (eritroblast awal)

III

Normoblast antara

Eritoblast lanjut

IV

Normoblast lanjut

Retikulosit

Eritrosit

Normoblast

Retikulosit

Eritrosit

Pengaturan eritropoiesis

Kecepatan eritropoiesis diatur sedemikian rupa sehingga jumlah eritrosit yang terdapat dalam peredaran darah kurang lebih konstan. Ada suatu substansi yang tergolong glikoprotein yang disebut eritropoietin atau disebut juga hemopoietin yang mampu merangsang eritropoiesis. Eritropoietin berpengaruh terhadap sel induk yang terdapat dlam organ pembentukan sel darah sehingga sel induk tersebut mengalami diferensiasi. Selain itu juga berpengaruh terhadap kecepatan pendewasaan sel darah merah dan kecepatan pelepasan sel sel darah merah dari sumsum tulang ke peredaran darah. Pengaruh eritropoieritin terhadap sel induk terutama terjadi melalui induksi messenger RNA yang ada didalam sel induk. Eritropoiesis diatur oleh mekanisme umpan balik yang tergantung dari jumlah oksigen yang terdapat dalam darah. Jumlah oksigen yang menurun akan mengakibatkan hati melepaskan lebih banyak globulin dan juga mengakibatkan ginjal memproduksi lebih banyak factor eritropoietik ren. Di dalam darah, globulin dan faktor eritropoietik ren akan saling mengadakan interaksi membentuk eritropoietin yang kemudian akan merangsang eritropoiesis sehigga produksi eritrosit akan meningkat.

Faktor kimia yang diperlukan untuk pembentukan stroma dan membran eritrosit

Beberapa vitamin yang tergolong vitamin B kompleks sangat diperlukan untuk pembentukan eritrosit. Diantaranya vitamin B kompleks, vitamin B 12, dan asam folik. Kolin dan timidin juga diperlukan untuk pembentukan stroma dan membrane sel eritrosit.

Penghancuran sel darah merah

Sel darah merah yang dilepas ke peredaran darah dapat mencapai umur 120 hari. Selama umur ini sel darah merah mengadakan perjalanan sepanjang 700 mil. Sel darah merah yang sudah tua kemudian dihancurkan oleh sistem retikuleon-dothelium. Penghancuran sel darah merah dilakukan dengan jalan hemolisa dan fargmentasi. Hemoglobin yang terkandung dalam sel darah merah kemudian pecah menjadi globin, yaitu bagaian dari hemoglobin yang tidak mengandung Fe. Heme ini kemudian terurai menjadi bilirubin dan zat besi (Fe). Bilirubin akhirnya diekskresikan ke intestine dan keluar bersama feses. Fe yang terbentuk kemudian disimpan lagi sebagai cadangan dan digunakan lagi dalam bentuk ferritin dan hemosiderin, kemudian disimpan di hati, limpa dam sumsum tulang.

g. Hemoglobin

Hemoglobin adalah konjugasi protein yang mempunyai berat molekul 68.000. hemoglobin terdiri dari protein globin yang berkombinasi dengan heme. Heme itu sendiri merupakan porfirin tertentu (porfirin tipe III) yang mengandung Fe. Porfirin III sebetulnya terdiri atas 4 molekul pirol yang dihubungkan satu dengan yang lain oleh jembatan metilen(=CH-).

Ada beberapa tipe porfirin, dan setiap tipenya ditentukan oleh macam gugus samping. Zat besi yang melekat pada heme adalah Fe2+ (fero) dan terikat pada atom N dari setiap molekul pirol dan atom N dari grup imidazol dari globin.

Metaloporfirin

Porfirin pada umumnya mampu mengadakan ikatan dengan bermacam-macam molekul seperti Fe, Mg, Cu, Co, Ni, Ag, dan Zn membentuk senyawa yang dikenal dengan nama metaloporfirin. Beberapa contoh dari metaloporfirin adalah:

1. Sitokrom, merupakan porfirin yang mengadakan ikatan dengan Fe dan terdapat dalam jaringan tumbuhan dan hewan.

2. Klorofil, merupakan porfirin yang mengadakan ikatan dengan Mg dan terdapat pada daun yang berwarna hijau, berkaitan dengan fotosintesis.

3. Turasin, merupakan porfirin yang mengadakan ikatan dengan Cu, terdapat pada bulu sejenis burung yang terdapat di Afrika Selatan (turaco).

4. Mioglobin, porfirin yang mengandung Fe dan terdapat di sel otot.


Pembentukan hemoglobin

Sitesa hemoglobin baru dimulai dalam sel eritroblast dan dilanjutkan dalam sel normoblast. Tahapan sintesa hemoglobin adalah sebagai berikut.

1. 2 asam ketoglutarat + glisin pirol

2. 4 pirol protoporfirin III

3. Protoporfirin III + Fe heme

4. 4 heme + Globin Hemoglobin

Derifat hemoglobin

Beberapa variasi dari hemoglobin adalah sebagai berikut:

1. Oksihemoglobin, merupkan hasil penggabungan antara hemoglobin dengan O2, pada umumnya ditulis dengan rumus HbO2 atau (globin) (por : Fe++) O2.

2. Hemoglobin tereduksi, disebut juga ferohemoglobin dan merupakan hemoglobin yang telah melepaskan O2.

3. Methehemoglobin, desut juga ferihemoglobin yang dihasilkan dari oksidasi axihemoglobin atau hemoglobin tereduksi dengan menggunakan Fe(CN)3.

4. Karboksihemoglobin (karbonmonoksihemoglobin), merupakan kombinasi Hb dengan CO. Afinitas Hb terhadap CO lebih tinggi dibandingkan afinitas Hb terhadap O2 yaitu sekitar 200 – 250 kali lebih besar. Di dalam tubuh penggabungan ini akan menyebabkan keracunan bila terhirup dalam kadar yang tinggi.

5. Sianmethehrmoglobin, terbentuk bila CN dicampur dengan methehemoglobin.

6. Sulfhemoglobin, terbentuk bila ferohemoglobin dicampur dengan H2S. senyawa ini berwarna hijau dan terbentuk bila hemoglobin mengalami putrefaksi.

7. Kathemoglobin, merupakan kombinasi antara senyawa heme yang mengandung Fe2+ dengan globin yang mengalami denaturasi.

Jumlah normal hemoglobin

Jumlah hemoglobin bervariasi menurut jenis hewan dan jenis kelamin.pada manusia jumlah hemoglobin pria rata-rata 15,4 gr per 100 ml darah, sedangkan pada wanita 13,8 gr per 100 ml darah. Bila tidak memandang jenis kelamin maka rata-rata jumlahnya adalah 14,5 gr per 100 ml darah.

Satu gram hemoglobin dapat mengikat 1,34 ml O2, sehingga jumlah oksigen yang dapat diangkut oleh darah tergantung dari jumlah hemoglobin yang terkandung di dalam darah.pada orang normal dimana jimlah Hb-nya adalah 14,5 gr per 100 ml darah, jumlah O2 yang diangkut oleh 100 ml darah adalah 14,5 x 1,34 ml O2 = 20 ml O2 (20 %). Jumlah ini disebut kapasitas oksigen.

Penentuan kadar hemoglobin dalam darah

Penentuan kadar Hb dalam darah dapat dilakukan dengan metode hematin asam dan metode kimia.

1. Metoda hematin asam. Metode ini dikembangkan oleh Sahli pada tahun 1895 sehingga metode ini disebut juga metode Sahli. Sahli mengemukakan bahwa bila darah dicampur dengan HCl 0,1 M, hemoglobin akan berubah menjadi hematin asam yang berwarna cokelat.

2. Metode kimia.dalam metode ini kadar Hb dihitung dengan jalan menentukan terlebih dahulu jumlah Fe yang ada pada sejumlah darah. Fe yang terdapat didalam hemoglobin dapat dipisahkan dengan jalan mencampur darah dengan H2SO4. Jumlah Fe ini kemudian dapat ditentukan dengan membandingkan terhadap larutan standar yang sudah diketahui kadar Fe-nya.

Macam hemoglobin

Sampai saat ini telah diketahui ada beberapa macam hemoglobin. Pada semua macam Hb ini heme-nya sama, yang berbeda adalah globinnya. Globin sangat bervariasi dalam ukuran, komposisi asam amino, kelarutan dan sifat fisika yang lain dari jenis hewan satu dengan jenis hewan yang lain.

Hemoglobin terdiri dari 4 sub unit yang masing-masing sub unit terdiri dari satu rantai rantai polipeptida dengan 1 heme. Dengan demikian hemoglobin sebenarnya terdiri dari globin yang mengandung 4 rantai polipeptida dan 4 heme. Dua rantai polipeptida pada globin disebut rantai alfa, sedangkan dua lainnya disebut rantai beta.


Pigmen respirasi selain hemoglobin

Pada beberapa jenis hewan terdapat pigme respirasi yang lain yaitu:

1. Klorokruorin, merupakan pigmen respirasi yang mengandung Fe 1,2 % dan berwarna hijau dalam larutan encer. Berat molekul sekitar 3 juta. Memiliki afinitas terhadap O2 yang lebih rendah dari pada hemoglobin.

2. Eritrokruorin, mengandung Fe dan terdapat pada protozoa, larva insekta, dan mempunyai berat molekul sekitar 1 juta.

3. Hemeritin, merupakan pigmen respirasi berwarna violet dan mengandung Fe sekitar 3 kali jumlah Fe yang terdapat dalam hemoglobin yaitu 0,9 – 1 %. Fe tersebut tidak terdapat di dalam porfirin, tetapi langsung terikat pada protein. Berat molekul sekitar 120.000 dan terdapat pada sel darah merah dari jenis cacing laut seperti Megalona, Sipunculus, dan pada Brachiopoda yaitu lingual.

4. Hemosianin, mengandung Cu yang menugkin terikat langsung pada protein. Tidak mengandung porfirin. Terdapat di dalam plasma dari beberapa jenis hewan seperti Crustacea, Arthripoda, dan Cephalopoda.

5. Hemokuprein, terdapat di dalam sel darah merah beberapa jenis hewan, mengandung Cu dan berat molekulnya sekitar 35.000.

HEMOLISA DAN KRENASI

Hemolisa

Hemolisa adalah peristiwa keluarnya hemoglobin dari dalam sel darah merah menuju ke cairan sekelilingnya. Keluarnya hemoglobin ini disebabkan karena pecahnya membran sel darah merah. Membran sel darah merah mudah dilalui atau ditembus oleh ion-ion H+, OH-, NHH4+, Po4, HCO3-, CL-, dan juga oleh substansi-substansi yang lain seperti glukosa, asam amino, urea dan asam urat. . sebaliknya membran sel darah merah tidak dapat ditembus oleh Na+, K+, Ca++, Mg++, fosfat organik dan juga substansi lain seperti hemoglobin dan protein plasma.

Secara umum membran yang dapat dilalui atau ditembus oleh suatu substansi dikatakan bahwa membran ini permeable terhadap substansi tersebut. Membran yang betul-betul semipermeabel adalah membran yang hanya bisa ditembus oleh molekul air saja, tetapi tidak dapat ditembus oleh substansi lain. Tidak ada membran pada organisme yang bersifat betul-betul semipermeabel yang ada adalah membran yang bersifat permeable selektif, yaitu membran yang dapat ditembus oleh molekul air dan substansi-substansi lain. Dan membran sel darah merah merupakan membran yang sifatnya permeable selektif.

Ada 2 macam hemolisa yaitu :

1) Hemolisa osmotik

Hemolisa osmotik terjadi karena adanya perbedaan yang besar antara tekanan osmosa cairan didalam sel darah merah dengan cairan disekeliling sel darah merah. Dalam hal ini tekanan osmosa ini jauh lebih besar daripada tekanan osmosa diluar sel. Tekanan osmosa sel darah merah adalah sama dengan tekanan osmosa larutan NaCI 0,9 %. Bila sel darah merah dimasukkan ke dalam larutan NaCI 0,8 %, belum terlihat adanya hemolisa, dimasukkan ke dalam NaCI 0,4 % hanya sebagian saja dari sel darah merah yang mengalami hemolisa, sedangkan sebagian sel darah merah masih utuh. Perbedaan ini disebabkan karena umur sel darah merah berbeda-beda. Bila sel darah merah dimasukkan kedalam larutan NaCI 0,3 % maka semua sel darah merah akan mengalami hemolisa (hemolisa sempurna). Larutan yang memiliki tekanan osmosa lebih kecil daripada tekanan osmosa isi sel darah merah disebut larutan hipotonis. Larutan yang tekanannya lebih tinggi disebut larutan hipertonis, sedangkan yang sama besar disebut larutan isotonis.

2) Hemolisa Kimiawi

Pada hemolisa kimiawi membran sel darah merah dirusak oleh macam-macam substansi kimia. Setiap substansi kimia yang dapat melarutkan lemak (pelarut lemak) dapat merusak atau melarutkan membran sel darah merah. Kita mengenal bermacam-macam pelarut lemak seperti Klorofor, Aseton, Alkohol, Benzena dan Eter.. substansi lain yang dapat merusak diantaranya senyawa arsen, saponin, garam empedu, pirogalol, dll.

Krenasi

Bila setetes darah dimasukkan ke dalam larutan NaCL yang lebih pekat daripada cairan isi sel darah merah, air yang didalam sel darah merah akan banyak keluar. Akibatnya sel darah merah akan mengkerut. Keadaan yang demikian disebut krenasi. Sel darah merah yang dimasukkan kedalam larutan urea atau NH4Cl yang mempunyai tekanan osmosa lebih tinggi daipada larutan NaCI 0,9 % tidak mengalami krenasi tetapi mengalami hemolisa. Selama kedua substansi tersebut diatas tidak bersifat melarutkan membran sel darah merah, kita dapat menyimpulkan bahwa kedua substansi tersebut dapat melalui atau menembus membran sel darah merah dan berkelakuan seperti air.


KERAPUHAN ERITROSIT

Sel darah merah yang ditempatkan dalam larutan garam yang isotonis tidak akan mengalami kerusakan dan tetap utuh. Tetapi bila sel darah merah ditempatkan dalam air distilata, sel darah merah akan mengalami hemolisa. Karena tekanan osmosa isi sel darah merah jauh lebih besar daripada tekanan osmosa diluar sel sehingga megakibatkan banyak air masuk ke dalam sel darah merah (osmosis). Selanjutnya air yang banyak masuk ke dalam sel darah merah itu akan menekan membran sel darah merah sehingga membran pecah.

STANDAR NORMAL DARAH

Bila kita ingin mendapatkan gambaran mengenai sel darah merah, ada beberapa hal yang perlu diketahui yaitu jumlah sel darah merah per mm kubik dan jumlah hemoglobin (gram per 100 ml darah). Bila ingin membahas anemia secara lebih terperinci, informasi yang lain masih perlu diperoleh yaitu diameter rata-rata sel darah merah, volume sel darah merah yang mengendap (VSM), volume rata-rata setiap sel darah merah (VRS). Jumlah rata-rata hemoglobin setiap sel darah merah (JRHS), jumlah hemoglobin per unit sel darah merah (JHPVS) dan indeks warna (IW). VSM dapat ditentukan dengan jalan memusingkan darah ke dalam tabung hematokrit, sehingga sel-sel darah merah mengendap. Darah yang akan dipusingkan, sebelumnya dicampur dulu dengan antikoagulan. Tetapi antikoagulan yang ditambahkan harus tidak mempengaruhi volume sel darah merah yang mengendap atau smam dengan nilai hematokrit yang normal pada umumnya berkisar antara 40 – 45 %.

Volume rata-rata sel darah merah dapat ditentukan dengan rumus sbb:

VSM (ml/liter darah)

VRS =

Jml sel darah merah (juta/mm3)

Satuan dari hasil yang didapat adalah femtoliter. 1 femtoliter = 10 ltr, jadi bila VSM = 450 ml/ltr dan jumlah darah merah adalah 5 juta per mm3, maka VRS = 450/50 + 9o femtoliter,

Sel darah merah yang mempunyai volume normal disebut normosit. Sel darah merah yang mempunyai volume lebih besar daripada volume normal disebut makrosit, sedangkan yang lebih kecil disebut mikrosit. Jumlah rata-rata hemoglobin setiap sel darah merah dapat ditentukan dengan rumus sbb:

Jmlh hemoglobin ( gram/liter darah)

VRS =

Jmlh sel darah merah (juta/mm3)

Satuan dari hasil yang didapat adalah pikogram (1 = 10 gr).

Jumlah perunit volume sel darah merah dapat ditentukan dengan rumus sbb:

Jmlh hb (gr/ltr darah)

JHPVS =

VSM (ml/100 ml darah)

Bila JHPVS mempunyai nilai normal, sel darah merahnya disebut normokrom, kalau dibawah normal hipokrom, diatas normal hiperrkrom. Indeks warna dapat ditentukan dengan rumus sbb:

% normal Hb (gr/100 ml darah x 6,9)

IW =

% normal sel darah merah (juta/mm3 x 20)

KARAKTERISTIK SEL DARAH MERAH

karakteristik

pria

wanita

Hematokrit (%)

47

42

Jumlah sel darah merah (juta/mm3)

5,4

4,8

Jumlah hemoglobin (gram/100 ml darah )

16

14

VRS (femtoliter)

87

87

JHS (picogram)

29

29

JHPVS (%)

34

34

Diameter sel rata-rata (micron)

7,5

7,5

SEL DARAH PUTIH

Sel darah putih yang dikenal juga dengan nama leukosit terdapat didalam darah dan cairan limf, tetapi sering juga ditemukan pada cairan jaringan. Sel darah putih yang tergolong granulosit dibuat di sumsum tulang, sedangkan limfosit dan monosit dibuat di nodus limfatikus. Pada keadaan normal jumlah total sel darah putih berkisar antara 4,5 sampai 10 juta butur per mm3. Untuk setiap orang jumlah sel darah putih bervariasi menurut keadaan fisiologik seperti umur. Aktivitas dan keadaan patologis seperti infeksi atau trauma.

Sel darah putih berbeda dari sel darah merah dalam hal bahwa ada beberapa ciri yang dimiliki sel darah putih yaitu:

1) Mempunyai nucleus.

2) Tidak mengandung hemoglobin.

3) Mempunyai ukuran yang relatif besar.

4) Jumlahnya lebih sedikit dibandingkan dengan sel darah merah.

5) Sel darah putih dapat bergerak dari satu tempat ke tempat lain dengan cara menjulurkan sitoplasmanya kearah yang dihendaki. Kemapuan untuk bergerak dan menuju tempat luka atau inflamasi (khemotaksis).

6) Kemampuan untuk mencaplok atau mencerna sel mati atau benda asing (fagositosis), kemampuan ini terutama berkembang pada netrofil, limfosit, dan monosit.

7) Kemampuan untuk menembus didnding kapiler menuju ke cairan jaringan (diapedesis).

Sel darah putih dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu garanulosit dan agranulosit. Dari kedua kelompok tersebut terdapat 5 jenis sel darah putih yang dapat dibedakan satu dengan yang lain dari ukuran, bentyuk dan ada tidaknya granula yang terdapat di sitoplasmanya. Ciri-ciri granulosit adalah nukleusnya terdiri dari beberapa lobus dan sitoplasmanya mengandung granula ada 3 jenis sel darah putih yang mengandung granulosit yaitu netrofil, eosinofil, dan basofil.

Ciri-ciri netrofil:

1) Nukleusnya terdiri dari 3 sampai 5 lobus.

2) Sitoplasmanya mengandung granula yang halus.

3) Ukurannya berkisar antara 9 sampai 12 mikron.

4) Jumlahnya paling banyak diantara sesama sel darah putih yaitu antara 65-75 % dari seluruh jumlah sel darah putih.

Ciri-ciri eosinofil:

1) Nukleusnya terdiri dari 2 lobus.

2) Sitoplasma mengandung granula yang besar dan kasar.

3) Ukurannya berkisar antara 9 sampai 12 mikron.

4) Jumlahnya antara 2-12 %dari seluruh jumlah sel darah putih.

Ciri-ciri Basofil:

1) Jumlah paling sedikit yaitu sekitar 0,5 %.

2) Nukleusnya relative besar.

3) Batas-batas lobus tidak jelas.

4) Ukurannya rata-rata 10 mikron.

Agranulosit menunjukkan tidak memiliki granula di sitoplasmanya dan mempunyai ciri-ciri sbb: dapat memperbanyak dengan jalan mitosis dan mempunyai kemampuan untuk bergerak seperti amuba dan dapat menembus dinding kapiler (Diapedesis).

Ada dua jenis sel darah putih yang tergolong agranulosit :

1. Limfosit ciri-cirinya sbb:

1) Nukleusnya besar dan hamper menempati sebagian besar dari sel.

2) Ukurannya antar 8-12 mikron.

3) Jumlahnya berkisar antara 20-25 % dari seluruh sel darah putih.

2. Monosit dengan ciri sbb:

1) Nukleusnya besar dan berbentuk seperti sepatu kuda..

2) Ukurannya antar 12-15 mikron.

3) Jumlahnya berkisar antara 3-8 % dari seluruh sel darah putih.

TROMBOSIT

Trombosit atau disebut juga keping darah merupakan sel yang berbentuk agak bulat, tidak mengandung inti, tidak berwarna, berat jenisnya rendah dan berukuran kecil dengan diameter antar 1-4 mikron. Volume tiap trombosit antara 7- 8 mikron3, dan jumlahnya bervariasi antara 150.000 sampa 400.000 per mm.

Dinding trombosit sangat rapuh dan cenderung untuk melekat pada permukaan kasar seperti pada pembuluh darah yang robek. Setelah banyak yang melekat pada permukaan kasar. Trombosit kemudian mengalami aglutinasi (berkumpulnya trombosit yang disertai pecahnya dinding sel).

Trombosit dibentuk dari sel induk yang disebut megakariosit yang banyak terdapat disumsung tulang, sedangkan penghancuran trombosit dilakukan di dalam limpa. Trombosit mempunyai peranan terutama dalam pembekuan darah dalam hal ini;

1) Melepaskan substansi yang mengaktifkan kofaktor bagi tromboplastin dan mengubah tromboplastinogen menjadi tromboplastin. Tromboplastin itu sendiri merupakan penghambat kerja heparin, karena itu disebut juga anti heparin. Selain itu tromboplastin juga berpengaruh terhadap permeabilitas dinding kapiler, dalam hal itu jumlah trombosit atau tromboplastin sangat menurun, timbul sedikit pendarahan di kapiler yang dikenal dengan istilah purpura.

2) Mempengaruhi pengkerutan (retraksi) koagulum.

Trombosit mengandung apa yang disebut 5-hidroksitriptamin yang disebut juga serotonin. Serotonin dilepaskan dari trombosit selama proses koagulasi.


HEMOSTASIS DAN PEMBEKUAN DARAH

hemostasis

Bila dinding pembuluh darah sedikit robek, darah akan mengalir keluar dari dalam pembuluh darah menuju ketempat sekitarnya dengan sarat tekanan di dalam pembuluh darah lebih besar daripada tekanan diluar pembuluh darah. Hemostasis alamiah hanya efektif bila pembuluh darah yang robek itu adalah pembuluh darah berukuran kecil. Pendarahan yang terjadi akibat pembuluh darah berukuran besar yang robek tidak dapat dikendalikan oleh hemostasis alamiah.

Dari sudut mekanis, pendarahan dapat berhenti bila;

1. Tekanan darah didalam pembuluh darah lebih kecil atau sama dengan tekanan diluar pembuluh darah. Keadaan tersebut dapat terjadi antara lain bila banyak darah yang tergenang disekitar pembuluh darah yang robek atau karena terjadi penurunan tekanan darah secara menyeluruh.

2. Bila ada sumbat yang dapat menyumbat lubang pembuluh darah yang robek

Pembentukan sumbat hemostatik dari komponen-komponen darah merupakan mekanisme yang penting dalam hemostasis alamiah. Adanya gangguan pada hemostasis alamiah, menyebabkan pendarahan agak sukar dikendalikan seperti halnya pada hemofolia.

Sumbat hemostatik mula-mula terbentuk dari agregasi trombosit, tetapi kemudian fibrin akan terbentuk. Fibrin yang merupakan serta-serat panjang akan membentuk anyaman fibrin yang menjerat sel darah merah dan sel darah putih. Anyaman fibrin bersama dengan sel-sel darah yang terjerat membentuk jendalan. Jendalan ini disebut koagulum.

Pembekuan darah (Koagulasi)

Reaksi utama yang terjadi dalam pembekuan darah adalah perubahan fibrinogen (protein yang larut) menjadi fibrin (protein yang tidak larut). Perubahan fibrinogen menjadi fibrin dipengaruhi oleh suatu enzim yang disebut thrombin. Dalam peredaran darah, fibrinogen pada umumnya terdapat dalam bentuk fibrinogen, sedangkan thrombin terdapat dalam bentuk prazat yaitu dalam bentuk protrombin (thrombin yang tidak aktif). Peoses pengaktifan protrombin dipengaruhi oleh ion kalsium (Ca++), factor yang bersal dari jaringan terluka, trombosit yang pecah, komponen-komponen darah itu sendiri.

Protrombin itu sendiri dibentuk dalam hati. Pembentukan protrombin dipengaruhi oleh vitamin K. darah yang beredar sepanjang pembuluh darah adalah dalam bentuk cairan (fluida), tetapi bila darah keluar dari pembuluh darah misalnya dalam keadaan terluka, darah akan membeku. Fluiditas darah dalam tubuh tergantung dari sifat fisis dinding endothelium kapiler, kecepatan aliran darah, atau ada tidaknya antikoagulan alamiah didalam darah. Pernyataan klinis dari keadaan pendarahan dapat disebabkan karena :

1) Tidak sempurnanya proses pembekuan darah sebagai akibat adanya ketidaknormalan dalam system fisika-kimia yanga ada sangkut pautnya dengan proses pembekuan darah.

2) Perubahan sifat dinding pembuluh darah sehingga otot polos yang melingkari pembuluh darah tidak dapat berkontraksi, bila pembuluh darah tersebut terluka (robek).

Adanya pembekuan darah yang terjadi didalam pembuluh darah yang tidak luka dianggap sebagai keadaan yang abnormal. Keadaan yang demikian ini disebabkan oleh adanya (a) perubahan pada endothelium dinding pembuluh darah (b) aliran darah yang sangat lambat.

Proses pembekuan darah kebanyakan dipelajari dalam tabung gelas . proses pembekuan darah dalam tabung gelas lebih cepat bila dibandingkan dengan tabung yang dilapisi paraffin, silicon, atau politen. Belum diketahui secar pasti mengapa permukaan gelas dapat dipercepat proses pembekuan darah. Tetapi kaolin dapat menyebabkan pembekuan darah lebih cepat daripada gelas.

Ada 12 faktor yang terlibat dalam prosses pembekuan darah. Factor tersebut pada umumnya diberi symbol dengan angka romawi. Nomor urut dari angka ini menunjukkan urutan-urutan penemuannya. Adapun factor tersebut sebagai berikut:

I (fibrinogen). II (protrombin). III (factor jaringan, akstark jaringan, tromboplastin), IV (ion kalsium), V labil), VI (stabil), VII (factor antihemofolia, globulin antihemofolia), VIII (Crishmas, otoprotrombin), IX (Stuart-Power), XI, XI (Hageman), XII (penstabil fibrin).


Fisiologi Proses Pembekuan Darah

Pembentukan jendalan fibrin merupakan bagian dari proses pembekuan darah yang dapat dilihat dan diukur. Thrombin yang bertindak sebagai enzimdapat memecah ikatan arginilglisisn dari fibrinogen menjadi fibrinopeptida A dan B. urutan-urutan reaksi ini dapat dijelaskan sbb:

(1) proteolitik

Thrombin

Fibrinogen fibrin monomer + peptida

(2) polimerisasi

Fibrin monomer fibrin polimer (jendalan fibrin yang larut)

(3) pembekuan darah

Factor XIII




Fibrin polimer jendalan fibrin yang tidak larut

Factor XIII bertindak sebagai transamidase bila ada ion kalsium.

Dalam keadaan normal thrombin tidak terdapat dalam peredaran darah, yang ada adalah protrombin. Protrombin merupakan alfa -2 globulin dan kadarnya adalah 10 mgarm per 100 ml plasma. Perubahan protrombin menjadi thrombin dipengaruhi oleh aktifator protrombin yang di sebut juga tromboplastin. Ada 2 cara pembentukan akti faktor protrombin yaitu (1) pembentukan yang diakibatkan karena adanya kerusakan jaringan (sistem ekstrinsik);(2) pembentukan yang melibatkan komponen- komponen darah (sistem intrinsik). Pada kedua cara tersebut diatas, rekasi yang utama adalah perubahan faktor X yang tidak aktif .

Faktor-Faktor Yang Dapat Mempengaruhi Koagulasi

1) Suhu rendah (dingin). Proses koagulasi adalah proses kimia dan melibatkan enzim, sehingga kita dapat menduga bahwa suhu rendah dapat menyebabkan proses koagulasi dilambatkan, tetapi tidak dicegah. Bila darah didinginkan antara 5 sampai !) derajat Celcius, proses koagulasi akan tertunda.

2) Menghindari kontak dengan benda asing dan jaringan yang rusak. Bila darah mengadakan kontak dengan permukaan asing, tromboplastin akan terbentuk dari prazatnya dan factor stabil akan diaktifkan. Dilaboratorium kontak dengan benda asing dapat dihindari dengan melapisi tabung gelas dengan paraffin atau silicon.

3) Dekalsifikasi. Setiap substansi yang dapat mengikat ion Ca, sehingga mengakibatkan tidak adanya ion Ca yang bebas akan mencegah proses koagulasi. Di laboratorium, zat yang pada umumnya digunakan sebagai antikoagulan adalah natrium dan kalsium oksalat, natrium sitrat dan natrium florid. Zat- zat ini dapat mengendapkan ion Ca++ yang terdapat dalam darah dengan reaksi sbb:

Na oksalat + ion Ca++ dlm darah Ca oksalat mengendap.

Factor-Faktor Yang Mempercepat Koagulasi

1) Pemanasan. Pada suhu 37 derajat celcius, darah akan lebih cepat membeku daripada suhu dibawahnya.

2) Pengocokan. Bila darah dikocok pelan-pelan, koagulasi akan dipercepat dengan menambah luas permukaan kontak. Hal ini dapat dilakukan dengan jalan memasukkan kasa atau kapas kedalam larutan darah.

3) Luas permukaan kontak. Proses koagulasi akan dipercepat dengan menambah luas permukaan kontak. Hal ini dapat dilakukan dengan jalan memasukkan kasa atau kapas ke dalam larutan darah.

4) Larutan hemostasis. Banyak orang berpendapat bahwa adrenalin akan mempercepat koagulasi, tetapi efek ini masih belum diketahui secara pasti. Ekstrak jaringan atau ekstrak paru dan timus yang mengandung banyak tromboplastin adalah koagulan yang kuat, sama seperti bias jaringan ular tertentu. Hal-hal yang dapat menyebabkab koagulasi pada bias ular adalah tergantung dari adanya enzim proteolitik yang mampu mengubah protrambin menjadi thrombin. Perubahan ini dapat terjadi meskipun ion Ca tidak terdapat.

GOLONGAN DARAH

Dalam tubuh manusia terdapat tiga golongan darah utama yaityu golongan darah ABO, golongan darah Rhesus (RH) dan golongan darah MN.

a. Golongan darah ABO

Ditinjau dari golongan ini, manusian dikelompokkan menjadi 4 golongan. pengelompokkan ini didasarkan atas ada tidaknya suatu zat tertentu di dalam sel darah merah yaitu yang dikenal dengan nama aglutinogen (antigen). Ada dua macam antigen yaitu antigen A dan antigen B. antigen merupakan polisakarida dan terdapat tidak saja terbatas di dalam sel darah merah tetapi juga dikelnejar ludah, pangkreas, ginjal, paru-paru, testes dan semen.

Seseorang disebut memiliki golongan darah A, bila di dalam sel darah merahn ya terdapat antigen A, golongan darah B, jika didalam sel darah merahnya terdapat antigen B, golongan dara AB, jika didalam sel darah merahnya terdapat antigen A dan antigen B. dan golongan darah O bila didalam sel darah merahnya tidak mengandung antigen. Golongan darh O merupakan golongan darah yang paling banyak dijumpai pada hampir 47 % penduduk didunia, sedangkan golongan darah AB, hanya sekitar 3 % dari jumlah penduduk di dunia.

2. Golongan darah Rhesus

Pada tahun 1940, Lansteiner dan Wiener menemukan golongan darah lain yang dikenal dengan nama faktoe rhesuss (Rh). Factor ini semula berasal dari jenis kera Rhesus macaca. Selain antigen A dan B. adapula antigen lain yaiyu antigen C, D, dan E. bila seseorang di dalam sel darah merahnya mengandung antige D maka orang tersebut adalah Rh positif.

Berbeda dengan orang golongan darah ABo, yang didalam plasmanya tidak terdapat anti D, maka orang yang RH negative dapat membentuk anti D setelah mendapatkan transfuse dari orang yang Rh+. Orang yang Rh+ tidak dapat membentuk anti D, maka dari itu dapat menerima darah dengan aman. Baik daro orang yang Rh+ maupun Rh-.

c. Golongan darah MN

Pada tahun 1927, Landsteiner dan Levin menemukan antigen macam lain di dalam sel adarh merah, yaitu antigen M dan antigen N. hal ini akan menghasilkan 3 macam gol. Darah yaitu gol darah M, N, dan MN. Berbeda dengan gol darah ABO, gol darah MN tidak disertai kehadiran antigen di dalam palasma darah, maka dari iyi didalam proses transfuse darah, tidak perlu diperhatikan ketiga antigen ini. Antigen ini bermanfaat untuk membantu menentukan orang tua seseorang karena antigen M da N diturunkan menurut Hukum mendel.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

halo smuanya................setiap orang membutuhkan rekan dalam hidupnya, begitu pula dengan berbagai artikel saya yang membutuhkan saran, kritik, atau informasi lainnya dari teman2 smuanya.........
kalau bisa selipkan data pribadi anda.........!!!!!!!!!!